PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI

PROGRAM AHAD DHUHA PEDULI adalah Sebuah program kepedulian dalam pengembangan wirausaha dan kemandirian dari jama’ah untuk jama’ah ,

BERJAMAAH KITA HEBAT

“Bukan karena hebat kita berjamaah, tapi karena berjamaah kita menjadi HEBAT” Karena yang sedikit (sendirian) tidak berdampak, tapi bila dihimpun (berjama’ah) maka akan menjadi kekuatan besar.

MENGHIDUPKAN SUNNAH DENGAN BERNIAGA

Rasulullah SAW bersabda : Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada. (HR. Turmudzi)

MENGHIMPUN DONATUR

Setiap kita bisa menjadi donatur, bukan besaran infaqnya yang terpenting, tapi banyaknya orang yang menjadi donatur menjadikan yang sedikit menjadi berlimpah. Faktor kali, bukan faktor besaran. Rp. 5000 per orang dikali 10.000 orang, maka nilainya menjadi besar.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

BERBUAT MELALUI PENGAJIAN AHAD DHUHA

Berjamaah membangun umat, untuk melakukan perubahan secara perlahan, menuju kejayaan Islam. Membekali ruhiyah dengan terus memperdalam pengetahuan untuk memberikan kemanfaatan.

AHAD DHUHA PEDULI

Photobucket

Sabtu, 30 Januari 2010

SURAH AL MULK

SURAH Al Mulk (berarti Kuasa Pemerintahan) merupakan Surah yang ke-67 di dalam Al Quran, berisi 30 ayat. Di antara isi kandungannya ditegaskan tentang kekuasaan mutlak Allah SWT yaitu menguasai pemerintahan dunia dan akhirat. Seluruh alam telah diciptakanNYA sedemikian rupa tanpa cacat dan cela. Di akhirat kelak, mereka yang kufur dan ingkar akan mendapat balasan azab yang amat buruk dan mengerikan. Sementara mereka yang mentaati Allah akan mendapat ampunan dan balasan yang sebaik-baiknya.

Terdapat banyak hadits Rasulullah SAW yang menyatakan tentang fadhilat, faedah dan hikmah bagi mereka yang membaca surah Al-Mulk ini. Di antaranya diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tarmizi, An Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah sebagai berikut:

“Sesungguhnya di dalam Al Quran terdapat tiga puluh ayat yang kandungannya akan memberi syafaat kepada orang yang membacanya sehingga ia akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya, yaitu Surah Al Mulk.”

Dari Ibnu Abbas ra, seorang sahabat Rasulullah SAW menceritakan ia telah mendirikan tenda di atas sebuah makam yang tidak dikenalnya. Dari makam itu ia mendengar suara orang membaca surah Al Mulk hingga khatam. Ia lalu menemui baginda dan berkata: “Wahai Rasulullah, saya mendirikan tenda di atas sebuah makam yang tidak saya kenal, dan di sana saya mendengar seseorang membaca Surah Al Mulk hingga khatam.” Maka Rasulullah SAW bersabda:
Itulah yang menahan (Al-Maa’inah) dan yang menyelamatkan (Al-Manjiah) orang itu dari siksa kubur!” (HR At Tarmizi)

Dari Jabir ra, Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak akan tidur sebelum baginda membaca surah Alif Lam Miim, Al Sajdah, dan Al Mulk. (HR At Tarmizi)

Dari Anas Ibnu Malik, Rasulullah SAW bersabda: (
“Satu surah di dalam Al Quran menghadiahkan kepada pembacanya sehingga memasukkannya ke dalam surga yaitu Tabarak-al-llazhi.” Surah Al-Mulk) . (HR At Tabrani).

An-Nasa’i juga meriwayatkan, dari Ibnu Mas’ud bahawa Rasullullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang membaca Surah Al Mulk setiap malam, maka Allah mencegahnya dari azab kubur.” Tentang surah ini ada satu riwayat lain yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hatiku menghendaki supaya surah ini berada di dalam setiap hati orang-orang yang beriman.”

Menurut sebuah hadits, seseorang yang membaca dua surah yaitu Tabarak-al-lazhi dan Alif-Lam-Mim-Sajdah di antara sembahyang Maghrib dan Isya adalah seumpama orang yang berdiri sembahyang sepanjang malam Lailatul-Qadar. Diberitakan juga bahawa jika seseorang itu membaca dua surah ini, tujuh puluh kelebihan akan diperolehnya dan tujuh-puluh dosa-dosa akan dihapuskan. Menurut riwayat yang lain, jika seseorang itu membaca dua surah ini, ganjaran pahalanya menyamai orang yang berdiri sembahyang sepanjang malam ‘Lailatul-Qadar’. Ini juga telah disebutkan di dalam Mazahir.

Ta’us rahmatullah ‘alaih berkata:
“Kedua surah ini mendatangkan enampuluh kelebihan yang berada di atas segala surah-surah.”

Siksaan di dalam kubur bukanlah satu hal yang biasa. Setelah meninggal dunia, tingkat pertama yang harus dilalui si mati ialah alam barzakh. Tatkala Saidina Usman ra berdiri di atas sebuah makam, ia akan menangis sedemikian rupa hingga janggutnya dibasahi oleh air matanya. Seseorang lalu bertanya kepadanya mengapa ia menangis sedemikian rupa jika disebut kubur daripada disebutkan Surga atau Neraka? Beliau menjawab,
“Aku telah mendengar dari Rasulullah SAW bahwa kuburlah tempat persinggahan yang pertama untuk menuju akhirat. Barangsiapa selamat dari azabnya, peristiwa-peristiwa selanjutnya akan mudah baginya. Dan barangsiapa yang tidak selamat daripada azab ini, maka kelak ia akan menghadapi perkara-perkara yang jauh lebih berat. Dan aku juga mendengar bahwa tidak ada satu gambaran yang lebih menakutkan dan mengerikan daripada apa yang ada di dalam kubur.”

Ya Allah! Selamatkanlah kami daripada azab-Mu dengan keampunan-Mu.

Di Indonesiakan dari: Blog Nursyirah



Jumat, 29 Januari 2010

MENGENAL EKSISTENSI MALAIKAT

Semua makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa membedakan keduanya adalah pancaindera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolong­kan kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia digolongkan kepada as syahadah.

Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk gaib tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau infor­masi yang diberikan oleh sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar). Salah satu makhluk gaib Allah adalah malaikat.

Allâh menciptakan mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk Allâh, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkhuk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan Allâh melalui rasul dan kitab-Nya.

Salah satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak [kita tidak akan membahas lagi kata jumlah dalam dimensi ghaib]. Beberapa nama malaikat yang perlu kita kenal adalah:

  • Jibril, bertugas menyampaikan wahyu dari Allâh.
  • Mikail, mengatur urusan pengaturan semesta, termasuk rizqi manusia.
  • Izrail, mencabut ruh semua makhluk.
  • Israfil, meniup sangkakala pertanda hari kiamat.
  • Raqib, mencatat amal baik manusia.
  • Atid, mencatat amal buruk manusia.
  • Munkar & Nankir, menanyai manusia yang baru wafat.
  • Ridwan, menjaga surga.
  • Malik, menjaga neraka.

Maka untuk meyakini dan mengimani keber­adaan malaikat bisa ditempuh dengan dua cara. Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh firman Allah dalam Al-Qur‘an maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena kita mengimani kebenaran sumber (Al-Qur‘an dan Hadits), maka berita tentang malaikat pun kita imani adanya.

Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan bahwa malaikat itu benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa manusia, dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa kematian manusia. Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibukti­kan secara nyata dengan adanya Al-Qur‘an yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Secara etimologis (lughawiy), kata “malaikah” yang dalam bahasa Indonesia disebut “malaikat,” adalah bentuk jamak dari kata “malak,” berasal dari mashdar “al-alukah” yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut “ar-rasul” (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan “rusul” (utusan-utusan), misalnya pada surat Hud 69. Bentuk jamak lainnya dari kata “malak” adalah “mala`ik.” Dalam bahasa Indonesia, kata “malaikat” bermakna tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi “malaikat-malaikat.”

Secara terminologis (isthilahiy), makaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu.

Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar):

“Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua” (HR. Muslim).

Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi yang jelas, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama (Adam AS) sebagaimana yang disebutkan oleh ­Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi...” (Al Baqarah 30).

Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca­indera, kecuali jika malaikat menampil­kan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat menjelma menjadi manusia, seperti:

“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucap­kan: Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth” (Hud 69 70).

“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur maka ia mengadakan tabir (yang malindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna” (Maryam 16 17).

Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa malaikat Jibril pernah datang dalam rupa manusia menemui Rasulullah SAW –disaksikan oleh sahabat sahabat beliau, antara lain Umar bin Khaththab– dan menanyakan tentang Islam, Iman, Ihsan dan Sa’ah (Kiamat). Setelah malaikat itu pergi barulah Rasulullah SAW bertanya kepada Umar: “Ya Umar, tahukah engkau siapa yang ber­tanya tadi. Umar menjawab; “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ia adalah Jibril yang datang mengajarkan ad diin kepada kalian.” (HR. Muslim).

Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Hidup dalam alam yang berbeda dengan kehidupan alam se­mesta yang kita saksikan ini. Yang menge­tahui hakikat wujudnya hanyalah Allah SWT.

Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sesama mereka juga ada per­bedaan dan tingkatan tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan kedudukan. Allah menyebutkan bahwa ada malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat:

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Fathir 1).

Dalam suatu hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat Jibril bersayap enam ratus: “Rasulullah SAW melihat Jibril ‘alaihis salam bersayap enam ratus” (HR. Muslim).

Perbedaan jumlah sayap tersebut bisa saja berarti perbedaan kedudukan, pangkat atau perbedaan kemampuan dan kecepatan dalam men­ja­lankan tugas. Sedangkan bagaimana bentuk sayap tersebut tentu saja kita tidak bisa mengetahuinya dan memang tidak perlu berusaha untuk menyelidikinya karena –seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya– malaikat adalah makhluk gaib (immaterial) yang hakikatnya hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya.
Wallahu a’lamu bis-shawab.

(Sumber : Majalah Tabligh & Isnet + Swaramuslim)

Kamis, 28 Januari 2010

WHAT THEY SAY ABOUT ISLAM?


يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

"They ask you concerning the sacred month about fighting in it. Say: Fighting in it is a grave matter, and hindering (men) from Allah's way and denying Him, and (hindering men from) the Sacred Mosque and turning its people out of it, are still graver with Allah, and persecution is graver than slaughter; and they will not cease fighting with you until they turn you back from your religion, if they can; and whoever of you turns back from his religion, then he dies while an unbeliever -- these it is whose works shall go for nothing in this world and the hereafter, and they are the inmates of the fire; therein they shall abide." Al Quran, Surah Al Baqarah [2:217]


Refer to the above surah, when googling on the net last night I found some quite "shocking" sites about Islam which I thought would be important for us to know. However, let me for the time being introduce you to these sites (with links to many) first:


Looking forward to read your opinion about these selected sites. In the meantime, thank you for taking my selection into fine judgement.
Regards,Nonki.


PS: Read this too.

Minggu, 17 Januari 2010

TANDA MENJELANG QIAMAT

عَن عَبَّاس ابْنِ عَابِس الغِفَّارِى رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ:"بَادِرُوا بالموت /بِالأَعْمَالِ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، واسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، يُقَدِّمُونَ أَحَدُهُمْ لِيُغَنِّيَهُمْ وَإِنْ كَانَ أَقَلُّهُمْ فِقْهًا

Dari
Sayidina Abbas Ibn Abis al Ghifari ra. Berkata; Rasulullah bersabda, “bergegaslah kalian semua dengan (ingat) mati – pada riwayat yang lain - dengan (mengerjakan) amal-amal ibadah terhadap enam perkara; pemimpin yang dungu, jual beli hukum, merajalelanya tindak kriminal, memutus tali silaturahim dan lalai dengan menjadikan Al Quran sebagai lagu-lagu. Mereka mendahulukan seseorang yang melagukan al Quran, walaupun dia paling sedikit pengetahuan (ilmu agamanya) ~ HR Tabrani.

Kiamat merupakan salah satu fase dari perputaran kehidupan, peritiwa besar yang akan dialami oleh alam ini. Rasulullah saw. Sebagai utusan Allah yang membimbing umat manusia agar selamat di dunia dan akhirat telah diberi pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang yang selanjutnya beliau tuangkan dalam mutiara hadits2 yang dikenal dengan tanabbu’at.

Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat abbas ibn abis di atas, mencerminkan bahwa seorang mukmin bila terlah mendapati enam perkara yang beliau sabdakan, maka hendaknya banyak mengingat kematian dengan diiringi usaha untuk memperbanyak amal ibadah. Karena, bekal yang akan dibawa oelah seorang hamba menuju peristirahatan yang kekal (akhirat), buakanlah harta benda yang selama ini dia kumpulkan, ataupun pangkat yang menjadi kebanggaan, melainkan hanyalah amal semasa dia hidup. Enam perkara yang menjadi tanda-tanda kiamat dalam sabda Nabi saw, ialah:

  1. Kepemimpinan orang-orang dungu.
Makna bodoh di sini dalam urusan agama, karena yang menjadi prioritas utamanya hanya urusan dunia, bahkan yang sia-sia sekalipun. Hal ini sangat berpengaruh pada keputusan-keputusan yang dia ambil, sehingga urusan-urusan agama akan terbengkalai dan semakin aus.

  1. Banyak polisi.
Sebagian orang mempunyai statement (anggapan) bahwa dengan banyaknya polisi atau pasukan pengaman di suatu daerah, maka keadaan akan semakin kondusif dan aman. Padahal, justru hal inilah yang menandakan angka kejahatan di derah tersebut relatif tinggi. Sehingga orang yang baik pun gelisah di persimpangan jalan dan yang jahat dengan leluasa melancarkan aksinya. Sedangkan para aparat hanya tidur menunggu tip dari para mafia. Seorang penyair berkata:

Para penjaga kebun Mesir saling tertidur sampai kancil-kancil itu kekenyangan sebelum tandan-tandan kurma habis. Dan termasuk juga kategori polisi, orang-orang yang suka mencari, menyebarkan dan menggosip kesalahan orang lain.

  1. Jual beli hukum.
Praktek ini sudah berakar di dalam sendi-sendi negara, seperti suap menyuap yang banyak ditemukan di instansi-instansi pemerintahan, mulai dari kehakiman, pertahanan, pendidikan sampai pada penerimaan calon PNS. Nabi saw bersabda, “penyuap dan yang menerima suap (berada) di neraka.” (HR. Turmudzi).

  1. Merajalelanya tindak kriminal.
Pada dewasa ini, kriminalitas sudah menjadi berita setiap hari yang disajikan di beberapa stasiun TV dan seakan-akan merupakan menu wajib di keseharian kita. Sebut saja pembunuhan, perampokan dan tidak-tindak asusila lainnya. Hingga sampai ke tingkat apa yang terkandung dalam hadits, “Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga paling beruntungnya manusia (pada saat itu) adalan orang biadab bin biadab.” (HR. Bukhori).

  1. Memutus tali silaturrahmi (persaudaraan).
Perbuatan ini sangat tercela, karena sangat bertentangan dengan tuntunan Islam yang menganjurkan untuk saling bertegur sapa, meskipun dengan orang yang tak dikenal. Bahkan dalam Islam sesama muslim adalah saudara. Akan tetapi, qathi’u arrahim (memutus tali persaudaraan) telah membudaya di kalangan masyarakat kita. Hal itu merupakan imbas dari banyaknya orang yang saling memperebutkan warisan, kedudukan dan harta. Kadang seseorang akan mudah sekali memutus hubungan saudara atau kerabat, hanya karena perasaannya tersinggung dengan masalah yang sepele. Nabi saw bersabda, “Tidak masuk surga orang yang memutus (tali silaturrahmi).” (HR. Bukhori).

  1. Melagukan al Qur’an
Al Qur’an kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat terbesar beliau, yang terjaga keotentikannya dan seharusnya menjadi acuan dan pedoman, sudah banyak dilalaikan. Mari kita amati perkembangan al Quran dalam masyarakat Indonesia dewasa ini, al Quran dijadikan sebagai hiburan, kesenian, dilagukan untuk perlombaan dan pembukaan acara-acara, sehingga lupa akan tujuan untuk apa al Quran itu diturunkan, yaitu agar dipahami, dihayati dan diamalkan. Menjadikan al Quran tidak sesuai dengan tujuan utamanya adalah suatu bid’ah yang jelas kesesatannya, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan orang-orang salaf. Ibnu Abbas berkata; “kesesatan itu manis dirasakan oleh orang-orang sesat Allah berfirman:

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ

70. "Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau [486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. mereka Itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu."
  • [485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
  • [486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
  • [487] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Maksud dari menjadikan agama sebagai mainan dan senda gurau ialah memperolok agama dengan mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya secara main-main dan tidak sungguh-sungguh.

Jika orang-orang Islam mampu menerapkan apa yang terkandung dalam al Quran dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, maka di negeri ini Insya Allah akan tercipta stabilitas nasional dan keadilan serta kemakmuran akan semakin merata. Namun hal ini tentunya dengan alasan yang baik, seperti syiar Islam atau mencari barakah.

Dalam haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk membaca al Quran dengan dialek dan makhrajnya orang Arab. Disamping itu, beliau juga memberikan peringatan agar kita tidak membacanya dengan menggunakan lagunya orang-orang fasik dan ahli kitab. Karena Nabi juga menyebutkan, bahwa setelah zaman beliau, akan ada suatu kaum yang menelaah al Quran dari segi lagunya, seperti ratapan dan sebagaimana para rahib (pendeta) menelaah. Sedangkan al Quran tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka (hanya sekedar dibaca, tidak diamalkan) dimana hati mereka dan hari orang-orang yang mengaguminya itu telah terkena fitnah.

Fenomena diatas telah terjadi dimana-mana. Padahal, ketika disabdakan Nabi empat belas abad yang lalu, hal tersebut masih dianggap sesuatu yang mustahil terjadi di kalangan umat Islam. Ini merupakan bukti bahwa Rasulullah adalah benar nabi pilihan Allah swt, supaya yang masih kafir menjadi beriman dan yang mukmin semakin mantap keimanannya, meningkat frekwensi ketakwaan, serta volume amalnya. Nabi Muhammad saw dalam haditsnya, berusaha menghandle jalan yang mesti kita tempuh agar umatnya selalu waspada terhadap tanda-tanda kiamat kubro yang sudah terjadi ini. Karena dengan demikian kiamat sudah berada diambang pintu. Dan agar kita kembali kepada Allah, bertaubat, meminta keselamatan di dunia dan akhirat.

Dari: KH. Qoimuddin W.K | Sumber: achmad shampton


Sabtu, 16 Januari 2010

ALAM JIN MENURUT AL QURAN DAN AS SUNNAH

Judul: Alam Jin Menurut Al Qur'an dan As Sunnah
(Bantahan terhadap buku: Dialog Dengan Jin Muslim)
Penulis: Abdul Hakim bin Amir Abdat
Penerbit: Darul Qalam
Cetakan: II
Tahun: 2004
Halaman: ii + 146

[ISI BUKU]
Buku ini memuat bantahan terhadap buku yang ditulis oleh seorang wartawan Mesir yang bernama Muhammad Isa Dawud yang menulis buku dengan judul "Dialog dengan Jin Muslim".

Secara garis besar, buku 'Alam Jin Menurut Al Qur'an dan Sunnah ini terdiri dari tiga bagian. Yang pertama, tentang alam jin menurut Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang kedua, tentang kaidah kaidah syari'at. Dua bagian ini dirasa penting oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat untuk diterangkan sebagai fundamen/dasar sebelum memasuki bab atau bagian ketiga. Bagian ketiga berisi tentang catatan atas buku 'Dialog dengan Jin Muslim'. Ada 34 catatan koreksian yang dibuat oleh Ust. Abdul Hakim terhadap buku 'Dialog dengan Jin Muslim'.

[ALAM JIN]
Ust. Abdul Hakim di bukunya tersebut menjelaskan sepuluh hal tentang alam jin menurut Al Qur'an dan Sunnah.

PERTAMA
Jin dikenakan taklif (kewajiban) seperti halnya manusia. Dalilnya ayat Al Qur'an (yang artinya): "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (QS Adz Dzaariyaat: 56)

KEDUA
Jin ada yang mukmin dan ada juga yang kafir. Dalilnya ayat Al Qur'an (yang artinya): "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang orang yang shalih dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda beda." (QS Al Jin: 11)

Berkata Ust. Abdul Hakim: "Ada yang mukmin pengikut tariqah ahlus sunnah wal jama'ah menurut pemahaman salafush shalih, ada yang mukmin pengikut mu'tazilah dan ada yang mukmin pengikut ahlul bid'ah lainnya. (hal. 19)

KETIGA
Jin itu diciptakan lebih dahulu daripada manusia. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS Al Hijr: 26-27)

KEEMPAT
Jin adalah satu bangsa yang besar dan terbagi bagi, sehingga Iblis termasuk salah satu bangsa jin. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan keturunan keturunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang orang yang zalim." (QS Al Kahfi: 50)

KELIMA
Manusia lebih mulia daripada jin. Dalilnya adalah Al Qur'an (yang artinya): "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang orang yang kafir." (QS Al Baqarah: 34)

Berkata Ust. Abdul Hakim, "Oleh karena itu apabila ada manusia yang memohon pertolongan kepada jin, maka ia membuat jin semakin sombong, takabur, dan besar kepala." (hal. 24)

KEENAM
Jin, termasuk Iblis beserta kaumnya tidak bisa dilihat oleh mata kepala kita, manusia tidak bisa melihat jin (dalam rupa aslinya). Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Hai anak Adam, janganlah sekali kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin pemimpin bagi orang orang yang tidak beriman." (QS Al A'raaf : 27)

KETUJUH
Manusia itu dapat dirasuki oleh jin, dengan kata lain "kesurupan". Dalilnya adalah Al Qur'an Surat Al Baqarah: 275 (yang artinya): "Orang orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila." (QS Al Baqarah: 275)

KEDELAPAN
Bahwa jin atau setan itu ada yang laki dan ada yang perempuan dan mereka sama dengan kita, kawin dan bercampur antara laki laki dan perempuan. Dalilnya Al Qur'an (yang artinya): "Dan bahwasannya ada beberapa orang laki laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki laki diantara jin, maka jin jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (QS Al Jin: 6)

Juga hadits yang merupakan do'a yang kita baca ketika masuk WC (yang artinya): "Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari jin yang laki laki dan yang perempuan".

KESEMBILAN
Bangsa jin itu juga makan seperti kita, hanya saja makanannya tidak sama dengan makanan kita dan adakalanya dia mencuri makanan kita sebagaimana setan mencuri makanan zakat dari Abu Hurairah yang diperintah oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjaganya.

Pada footnote nya disebutkan makanan jin diantaranya adalah tulang dan kotoran, makanan manusia yang tidak menyebut nama Allah, dan minuman yang terlarang.

KESEPULUH
Setan juga bermalam dan bertempat tinggal, ada kalanya mereka tinggal di rumah rumah kita. Untuk itulah perlu membaca do'a ketika masuk rumah agar setan tidak bermalam di rumah kita. Dalilnya adalah hadits dalam Shahih Muslim no. 2018 (yang artinya): "Bila seseorang masuk rumahnya, lalu menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Tidak ada penginapan bagi kamu dan tidak ada makanan malam bagi kamu. Jika seseorang itu masuk rumahnya dan tidak menyebut nama Allah, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Kamu mendapatkan penginapan. Dan jika seseorang tidak menyebut nama Allah ketika makan, maka setan berkata (kepada kelompoknya): "Kamu akan mendapatkan penginapan dan makanan untuk malam."

[PERSONAL VIEW]
Maraknya tayangan tayangan tentang jin di media hanya memasyhurkan setan. Yang berakibat semakin membesarkan dan mengagungkan Iblis dengan penuh rasa takut. Oleh karena itu buku ini perlu sekali dibaca dan dipahami oleh kaum muslimin. Agar kaum muslimin memahami permasalahan tentang alam jin sesuai Al Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman para shahabat.

Secara khusus, buku yang ditulis oleh Ustadz Abdul Hakim ini membantah buku yang telah terbit sebelumnya yang ditulis oleh seorang wartawan Mesir, dengan judul terjemahan Indonesia "Dialog dengan Jin Muslim". Wartawan Mesir yang bernama Muhammad Isa Dawud ini mengambil semua khabar untuk bukunya dari Jin Muslim sahabatnya. Yang berakibat mementahkan argumentasi ilmiah dalam beragama, dengan hanya merujuk dari perkataan Jin Muslim sahabatnya itu. Salah satu contohnya adalah penetapan suatu hadits itu sah atau tidak dengan hanya merujuk pada perkataan Jin Muslim sahabatnya itu. Ini cukup kontroversial sekali. Inilah yang dibantah dan diluruskan oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat di bukunya "Alam Jin Menurut Al Qur'an dan As Sunnah".

Semoga bermanfaat.
Chandraleka
Independent IT Writer
Visit http://come.to/digitalworks
a source for computer hobbyist


Baca juga: Sekelumit Tentang Jin

Minggu, 03 Januari 2010

SYAIKH ABDULLAH BIN ABDURRAHMAN AL-JIBRIN

Nama dan silsilah keturunan:
Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ibrahim bin Fahd bin Hamd bin Jibrin. Silsilahnya bersambung sampai ke kabilah Bani Zaid.

Kelahiran:
Lahir tahun 1349 H. di desa Muhairaqa, Qowaiea. Terletak sekitar 180 km dari ibu kota Riyad.

Pendidikan:
Setefah usianya genap satu tahun, mereka pindah ke Rayan. Di kota kecil itu orang tuanya memasukkannya sekolah tahun 1358 H. Mulailah ia belajar membaca dan menulis sampai tahun 1364 H. Setelah itu ia mulai menghafal al-Quran. Sebagian al-Quran berhasil ia hafal khususnya bagian sepertiga terakhir dan sisanya ia belajar dengan ayahnya Syaikh Abdurrahman sambil menghapal hadits nabawi yang empat puluh termasuk mempelajarinya sebagai ilmu ilmu dasar. Pada tahun 1467 H. ia mengajukan permohonan belajar kepada Syaikh Abdul Aziz Sythry -rahimahullah- agar bisa ikut belajar '(menjadi muridnya), akan tapi sang Syaikh tidak mau menerima murid, jika murid tersebut belum hapal al-Quran 30 juz. Akhirnya Syaikh Jibrin berusaha berkonsentrasi menghafal al-Quran hingga ia menghafalnya dengan betul, dan hafalannya selesai tepat pada penghujung tahun.

Setelah itu barulah ia belajar dengan Syaikh Sythry dengan jadwal setiap sehabis sholat Subuh, dilanjutkan lagi di waktu duha (pagi), kemudian satu jam setelah sholat Ashar dan setelah sholat Maghrib hingga masuk waktu sholat Isya. Buku-buku yang dipelajarinya pun bervariasi; mulai dari buku-buku ringkas seperti: Zaadul Mustaqniq, `Umdatul Kalam, al-Arba'in an-Nabawiyah, Kitabut Tauhid, Tsalatsatu Ushul, Syuruth as-Shalah, Adabul Masyi ila as-Shalah, AI Ilqidah al-Wasithiyah dan al-Hamawiyah. Untuk pelajaran Nahwu dan Shorof, ia mempelajari buku Matan AI Ujrumiyah. Dalam hal pelajaran Faraid, ia mempelajari buku ar Rahabiyah. Begitu juga ia belajar pakai buku-buku syarah besar, seperti buku: Subulus Salam, Syarh a!-Arba'in an-Nabawiyah karangan Ibnu Rajab, buku Tarikh karangan Ibnu Katsir berikut dengan kitab Tafsirnya, Tarsir Ibnu Jarir at-Thabari, Syarh Masa'il al-Jahiliyah karangan Mahmud al-Alusi al-Iraqi, buku tafsir an Naisaburi yang berjudul Gharaib al-Quran, dan masih banyak lagi buku-buku syarah dan karangan-karangan ulama baik itu yang masih berupa manuskrip maupun yang sudah dicetak. Selama masa belajar, ia tidak henti-hentinya mengulang hafalan al-Quran. Setelah ayahnya wafat, ia sholat Jum'at dan berjamaah di Mesjid Raya.

Belajar ke luar daerah:
Ia menamatkan studi di Ma'had Imam Dakwah, Riyadh tahun 1381 H. Setelah itu ia diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah yang sama. fa bekerja sebagai tenaga pengajar hingga berikutnya ia diminta pindah ke Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud Islamiyah menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Ushuluddin tahun 1395 H. yaitu sebelum dua kuliah tersebut dipisah menjadi dua. Ia masuk sebagai staf akademik fakultas tersebut dan selama ia aktif di sana telah banyak membimbing disertasi Magister.

Pada tahun 1402 H. ditetapkan sebagai anggota komisi fatwa di Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa, dekat dengan gurunya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah. Pengabdiannya di dewan tersebut merupakan akhir karimya dan setelah itu ia memasuki masa pensiun di bulan Rajab 1418 H. Semoga Allah senantiasa menjaganya. Syaikh Jibrin meraih gelar Magister dari Perguruan Tinggi Kehakiman tahun 1390 H. dengan judul disertasi "Akhbar al-Aahad fi al-Hadits an-Nabawi" dengan yudisium cumlaud. Gelar doktomya diraih dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1407 H. mentahqiq (investigasi) terhadap buku "Syarah az-Zarkasy 'ala Mukhtashar al-Khuraqi" dengan yudisium cumlaud level pertama. Dalam disertasi itu ia bertugas mentaqhiq dan mentakhrij (foot note) hadits sebanyak 7 jilid buku dan buku-buku itu sekarang dicetak dan beredar di toko-toko buku.

Kegiatan harian:
Jadwal kegiatan harian Syaikh dimulai dari setelah shalat Subuh memberikan ceramah di salah satu masjid sampai matahari terbit, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat. Setelah istirahat, berangkat ke kantor Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa. Di kantor, ia menjawab pelbagai pertanyaan tentang masalah keagamaan.

Meskipun penanya-penanya itu ramai setiap hari, ia tidak pemah jenuh. [a siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, dan meringankan beban siapapun yang memerlukan. Ia bersedia mengangkat dering telepon penanya. Pesawat teleponnya tidak pernah berhenti berdering. Demikianlah kesibukannya sehari-hari. Kerap kali ia orang yang paling terakhir pulang dari kantor Fatwa, bahkan ia sendiri yang mematikan lampu-lampu. Setelah shalat Ashar rumahnya terbuka untuk umum, juga ia menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang masalah agama. Kalau perlu, ia memberikan orientasi, atau memberikan rekomendasi bagi siapa saja yang membutuhkan, sampai masuk waktu Maghrib. Kemudian, ia berangkat ke salah satu masjid di kota Riyad untuk mengisi jadwal pengajian mingguan, mengingat jumlah jadwal pengajiannya dalam seminggu sampai sebelas kali. Setelah sha!at Isya berangkat lagi ke masjid lain, kadang mengisi pengajian, atau seminar dan lain-lain. Demikianlah jadwal harian Syaikh yang sarat dengan muatan dakwah kepada Allah sepanjang pekan. Semoga martabatnya ditinggikan Allah di sisi-Nya.

Keistimewaan Syaikh:
Syaikh dikenal sebagai orang yang tawadhu (rendah hati). la sedikit bicara dan tidak akan bicara, kalau tidak karena menjawab pertanyaan. Kalau ulama lain berseberangan pendapat dengannya mengenai suatu hukum atau fatwa syariah, dengan tawadhu ia mengatakan, "mereka adalah ulama dan kita mesti menghormatinya." Dalam hal menanggapi pendapat ulama lain, ia tidak mau mendebat dengan cara yang kasar dan radikal. Apabila Syaikh Jibrin diundang mengisi pengajian atau ceramah agama di daerah manapun, ia tidak pernah menolak, selama dirinya tidak terikat dengan jadwal atau janji pada pihak lain. Syaikh Jibrin senantiasa berbaik sangka dan tidak pernah merasa iri terhadap siapapun dari kaum ahli sunnah wal jamaah, -sepengetahuan saya dan hanya Allahlah yang lebih tahu- ia selalu tawadhu dalam segala hal. Orang-orang yang mengenalnya pasti menyukainya karena kelapangan hatinya. Tidak mau menolak pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang yang minta bantuan. la penuhi permintaan mereka sendirian. Segenap waktunya adalah pengabdian kepada Allah dan agama. Hidupnya dipenuhi dengan kalimat-kalimat Allah atau dengan sabda-sabda Rasulullah saw. Menurut hemat saya - wallahu'alam- martabat dan ketinggian yang ada padanya, dikarenakan ketawadhuannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Imam Ahmad, "Barangsiapa yang bersikap tawadhu', Allah pasti akan mengangkat martabatnya. " Apalagi bagi seorang yang diberi ilmu pengetahuan, wara' dan tawadhu'. Semoga Allah mengampuni kita semua, kita dapat meraih surga dan terhindar dari siksa neraka. ,Washallahu wa sallam `ala Muhammad wa alihi wa shahbihi.

Buku-buku karangan:
1. Syarh az-Zarkasyi 'Ala Mukhtashar al-Khurafi; Dirasah wa Tahqiq.
2. Akhbar al-Ahad fi Hadits an-Nabawi.
3. At-Ta'liqaat Ala Matn Lam'ah al-1'tiqad.
4. Fadhlllmi wa Wujub at-Ta'allum.
5. AhammiyahAl `flmi wa MakanatuAl `Ulama'.
6. Majmu' Fatawa wa Rasa'il as-Syaikh Abdullah al-Jibrin.
7. AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Musafir (173 hukum).
8. AI-Mufid fii TaqribAhkam al-Adzaan (123 hukum).
9. Al `llam bi Kufri Man Ibtagha Ghairu al-Islam.
10. As-Siraj al-Wahhaj Lil Mu'tamir wal Hajj.
11. As-Shiyam: Adab waAhkam.
12. Khawathir Ramadhaniyah.
13. Fatawa Adz-Dzakah.
14. AI-Islam baina al-GF.alw wa al-Jafa' wa al-Ifrath wa Tafrith.
15. Fitan Hadza az-Zaman.
16. AI-Wala' wa al-Barra'.
17. Haqiqatullltizam.
18. AI-Adab wa al-Akhlaq asy-Syar'iah.
19. Fatawa waAhkam fi Nabiyullah Isa 'Alaihis Salam.
20. Syarh AI 'Aqidah al-Wasatiyah.
21. Syarh Kitab at-Tauhid.
22. Fawaid min Syarh Kitab Manar as-Sabil.
23. Fawaid min Syarh Kitab at-Tauhid.
24. AI-Amanah.
25. AI-Hajj: Manafi'uhu waAtsaruhu.
26. As-Salaf Ash-Shalih baina al-Ilmu wa al-Iman.
27. AI-Bida' wa al-Muhadditsat fi AI-Aqaid waAl-A'mal.
28. Muharramat Mutamakkinah fi Al Ummah.
29. AI-Jawab al-Faiq fi ar-Radd Ala Mubdil al-Haqaiq.
30. Asy-Syahadatan Ma'nahuma wa Ma Tastalzimuhu Kullu minhuma.
31. Syarh Kitab Minhaju as-Salikin.
32. AI-Irsyad Syarh Lam'atu AI `Itiqad.

Adapun tulisan-tulisan yang pernah diperiksa dan diberinya kata pengantar cukup banyak dan tidak terkira jumlahnya.

APA SAJAKAH SUNNAH RASULULLAH SAW?

"Makrifat adalah modalku, akal pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku, dan hiburanku adalah dalam sembahyang."

(Jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya tentang sunnahnya oleh Ali bin Abi Thalib ra dalam H Haekal, MH.: Sejarah Hidup Muhammad, Litera Antar Nusa, cetakan ke 27, 2002, hal. 214)


Dari Dr. Bahar Azwar


Sabtu, 02 Januari 2010

WORDS OF OUR PROPHET

"When a man loves his brother for sake of Allah, he should tell him that he loves him." ~ Abu Dawud.

"Give gifts to each other, as this will make you love one another." ~ Sahih Muslim.

"Give one another gifts and love one another. Give one another food. This will produce breadth in your daily bread." ~ Al Hafiz ibn al-Dayba al- Shaybani, (Taysir al-'usul ilaJami al-'usul, vol. 16, p. 239)

The Prophet (may Allah bless him and grant him peace) said: “One who is the best of you in good conduct is nearest to me. A believer loves and is loved. There is no good in one who does not love and is not loved.“ ~ Imam Ghazzali (vol. 2 , p. 95)

"Two brother are like two hands one of which clears the dust of the other." ~ Imam Ghazzali (vol.2, p.95)

"Do not be angry with each other and do not envy each other and do not turn away from each other, and be slaves of Allah, brothers." ~ Muwatta (Narrated by Anas ibn Malik)

Allah's Messenger (may Allah bless him and grant him peace) said, "A Muslim is a brother of another Muslim, so he should not oppress him, nor should he hand him over to an oppressor. Whoever fulfilled the needs of his brother, Allah will fulfill his needs; whoever brought his (Muslim) brother out of a discomfort, Allah will bring him out of the discomforts of the Day of Resurrection, and whoever screened a Muslim, Allah will screen him on the Day of Resurrection." (Narrated by Abdullah bin Umar, Vol 3: #622)

The faithful constitute a great spiritual force with the strength their love for one another for Allah’s approval gives them. As revealed in the words of one verse, “But those who were sure that they were going to meet Allah said, ‘How many a small force has triumphed over a much greater one by Allah’s permission! Allah is with the steadfast,” (Surat al-Baqara, 249), even if they are few in number, with the faith in their hearts they acquire great enthusiasm and will with which to overcome terrible difficulties and troubles. They obtain the assistance and support of Allah because of the moral values they display. As Allah has revealed in the verse, “You shall be uppermost if you are believers,” (Surah Al ‘Imran, 139), they constitute such a spiritual force that nobody can turn them against one another, and that nobody can break.

Since they sincerely seek Allah’s approval, they never engage in any confusion, disagreement or dispute among themselves. That is because the word of Allah is one; the verses of the Qur’an are clear. Since all believers abide unconditionally by the Qur’an and always act with a view to gaining as much approval from Allah as possible, a great harmony and order ensues. All matters can be easily resolved within a harmonious order. A powerful solidarity is formed because they behave in the light of the moral values of the Qur’an and the interests of believers, even when they conflict with their own interests, and hold their brothers’ desires above their own.

Since believers intend to be one another’s eternal friends in the Hereafter they are bound to one another with a deep love, respect and loyalty. Therefore, they know no rivalry, disagreement or dispute. Due to their fear of and sincere faith in Allah, no matter what difficulties or troubles they may encounter they never fall into defeatism, moral relativism or lack of will. If there is a flaw in one of them, the others will support him with proper moral values and encourage him towards goodness. Since they constantly command one another to perform what is good and to avoid evil, their faith and strength constantly grow. This spiritual strength possessed by believers, whose objectives, endeavours and prayers are always the same, which stems from faith and love, has been described by Bediuzzaman Said Nursi with the following example: “For just as one of man’s hands cannot compete with the other, neither can one of his eyes criticize the other, nor his tongue object to his ear, nor his heart see his spirit’s faults. Each of his members completes the deficiencies of the others, veils their faults, assists their needs, and helps them out in their duties. Otherwise man’s life would be extinguished, his spirit flee, and his body be dispersed. Similarly, the components of machinery in a factory cannot compete with one another in rivalry, take precedence over each other, or dominate each other. They cannot spy out one another’s faults and criticize each other, destroy the other’s eagerness for work, and cause them to become idle. They rather assist each other’s motions with all their capacity in order to achieve the common goal; they march towards the aim of their creation in true solidarity and unity. Should even the slightest aggression or desire to dominate interfere, it would throw the factory into confusion, causing it to be without product or result. Then the factory’s owner would demolish the factory entirely.” (Bediuzzaman Said Nursi, Risale-i Nur Collection, TheTwenty-First Flash)

This example given by Bediuzzaman is of great importance with regard to being able to comprehend the union and unity stemming from the love among believers. On account of the sincere love and devotion that stem from their faith, in the same way that the machinery in a factory comes together to constitute a great force, so they acquire an unshakable spiritual strength with their mutual love and devotion.

"Your friend is only Allah and His Messenger and those who believe: those who perform prayer and give the alms, and bow." (Surat al Ma’ida, 55)

"Allah loves those who fight in His way in ranks like well-built walls." (Surat as-Saff, 4)


From Yusof Onur for Harun Yahya
For more reading in English, please click here

Jumat, 01 Januari 2010

SAAT ENGKAU MATI

Sesaat setelah rohku berpisah dengan jasad, yakni ketika aku mulai memasuki alam kehidupan yang baru, apakah aku dapat tersenyum menjumpai para malaikat yang memberikan salam dan bertanya padaku:
  1. Wahai anak Adam, engkaukah yang meninggalkan dunia atau dunia yang meninggalkanmu?
  2. Wahai anak Adam, engkaukah yang merengkuh dunia, atau dunia yang merengkuhmu?
  3. Wahai anak Adam, engkaukah yang mematikan dunia, atau dunia yang mematikanmu?
Ketika jasadku diletakkan menunggu dimandikan, mampukah aku menjawab pertanyaan yang diajukan malaikat kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, di manakan tubuhmu yang kuat itu, mengapa kini engkau tidak berdaya?
  2. Wahai anak Adam, di manakah lisanmu yang lantang dulu, mengapa kini engkau terdiam?
  3. Wahai anak Adam, di manakah orang-orang yang dulu mengasihimu, mengapa kini mereka membiarkanmu tergeletak sendirian tanpa daya ?
Sewaktu mayatku dibaringkan diatas kain kafan, siap dibungkus, mampukan aku menuruti apa yang dikatakan malaikat :
  1. Wahai anak Adam, bersiaplah! Engkau akan pergi jauh dari sini tanpa membawa bekal!
  2. Wahai anak Adam, tinggalkan rumahmu dan jangan berharap dapat kembali!
  3. Wahai anak Adam, naikilah tandu itu untuk yang terakhir kalinya!
Tatkala jenazahku dipikul diatas keranda, sanggupkah aku bersikap anggun layaknya seorang raja yang di tandu prajurit, ketika malaikat berseru kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, berbahagialah jika engkau termasuk orang-orang yang bertobat
  2. Wahai anak Adam, berbahagialah apabila selama didunia engkau selalu taat pada perintah Allah dan Rasul-Nya!
  3. Wahai anak Adam, berbahagialah jika yang menjadi teman abadimu di alam kubur nanti adalah ridha Allah, akan tetapi celakalah enagkau apabila teman abadimu adalah murka Allah!
Ketika aku di baringkan untuk dishalati, akankah diriku mampu bersikap manis tatlaka malaikat berbisik ditelingaku:
  1. Wahai anak Adam, semua perbuatan yang telah engkau lakukan akan engkau lihat kembali.
  2. Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam amal soleh, maka bergembiralah.
  3. Wahai anak Adam, apabila selama ini engkau tenggelam dalam kemaksiatan menuruti hawa nafsu, maka sambutlah penderitaan pedih sebagai akibat dari keenggananmu menjauhi larangan-Nya!
Sewaktu jasadku berada di tepi kubur siap untuk diturunkan ke liang lahat, akankah lidahku lancar menjawab pertanyaan malaikat yang berbisik:
  1. Wahai anak Adam, kedamaian apakah yang engkau bawa untuk menempati rumah cacing ini?
  2. Wahai anak Adam, cahaya apakah yang engkau bawa untuk menerangi rumah yang gelap ini?
  3. Wahai anak Adam, siapakah yang akan menemanimu di dalam penantian panjang ini?
Tatkala aku sudah diletakkan di liang lahat, masih mampukah aku tersenyum menjawab ucapan selamat datang yang disampaikan bumi kepadaku:
  1. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau kerap bergelak tawa. Kini setelah berada di perutku apakah engkau masih akan tertawa atau menangis menyesali diri?
  2. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau kerap bergembira ria, kini setelah berada di perutku apakah kegembiraan itu masuh tersisa atau akan menenggelamkanmu dalam duka nestapa?
  3. Wahai anak Adam, ketika berada di punggungku engkau pintar bersilat lidah, akankah engkau tetap bernyanyi atau diam seribu bahasa bergelut dengan penyesalan?
Setelah aku sendiri terbujur kaku dihimpit bumi tanpa daya dalam liang lahat, sementara sanak keluargaku beserta teman-teman karibku semua kembali ke rumahnya masing-masing, bagaimanakah kecemasan yang akan menguasai diriku ketika Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, sekarang engkau sudah terasingkan sendirian. Mereka telah pergi meninggalkanmu dalam kesempitan dan kegelapan. Padahal semasa hidupmu engkau membangkang tidak mentaati-Ku semata-mata untuk kepentingan mereka. Balasan apakah yang telah engkau peroleh dari mereka? Dan tahukah engkau balasan apa yang akan engkau terima dari-Ku?”


Dari Jolok Sancang

POPE URGED TO LEAD CATHOLIC - MUSLIM DIALOGUE

Joseph Ratzinger/Benedict XVI receives a copy of the Koran. He's all smiles, isn't he? (John Paul II Cultural Center, Washington, D.C., April 17, 2008.) He received another copy of what he called this "dear document" a few weeks later in the Vatican.

WASHINGTON (AFP)

At a meeting with the representatives of five faiths, U.S. Muslim leaders said they urged Pope Benedict XVI to help establish a permanent dialogue between the two faiths.

"I told the pope: 'I met you two years ago at the Vatican and asked you then to lead efforts to establish permanent dialogue with Muslims,'" Imam Hassan Al-Qazwini, the religious director of the Islamic Center of America said at an impromptu news conference after meeting the pope.

"I repeated that call today. Muslims and Catholics form over 50 percent of the world's population and we are in desperate need of dialogue," he said.

Muzammil Siddiqi, chairman of the Islamic Law Council of North America, said he had also called for more dialogue with the Church, and urged the pope to use his influence to "bring stability to Lebanon."

"He said he would do his best," Siddiqi said.

Benedict met with leaders of the Buddhist, Hindu, Jain, Jewish and Muslim faiths at an inter-religious meeting at the John Paul II Inter-cultural Center in Washington.

"Today in classrooms throughout the country, young Christians, Jews, Muslims, Hindus, Buddhists and indeed children of all religions sit side by side, learning with and from one another," he told them.

"May others take heart from your experience, realizing that a united society can indeed arise from a plurality of peoples, provided that all recognize religious liberty as a basic civil right."

Benedict began a six-day visit to the United States on Tuesday. On Wednesday he became the first pope in 30 years to visit the White House, where he and President George W. Bush discussed the plight of Christians in war-torn Iraq, among other issues.

As published by worldwide media | 18 April 2008
For more reading in English, please click here